SAINS DI BALIK "INSIDE OUT"
Di tahun 2009, Dr.Paul Ekman didekati oleh penulis film dan sutradara Pixar, Pete Docter, untuk membicarakan ide film. Pete ingin menggambarkan tantangan hidup seorang anak berusia 11 tahun, dengan berbagai emosi di dalam dirinya. Dr.Paul Ekman kemudian menjadi penasihat ahli untuk film 'INSIDE OUT', yang dirilis Juni 2015, dan sudah diputar di bioskop di Indonesia sejak Agustus 2015.
Awalnya, sebagai seorang Scientist, Dr.Paul Ekman dan Dacher Keltner, yang bekerja sama dengan Disney-Pixar untuk film animasi ini, mengusulkan menampilkan keseluruhan jangkauan emosi sesuai studi mereka. Tapi Disney menolak karena film ini hanya mampu menampilkan 5 sampai 6 karakter utama. Oleh sebab itu dipilih 5 emosi: JOY (bahagia), SADNESS (sedih), ANGER (marah), DISGUST (jijik), dan FEAR (takut).
Film ini mengangkat pertanyaan seperti: bagaimana emosi mengawal kesadaran seseorang, bagaimana emosi menghiasi memori masa lalu, dan bagaimana emosi di kehidupan seorang anak berusia 11 tahun.
Film ini berkisah mengenai kehidupan Riley, seorang anak dalam masa transisi usia dan lingkungan. Sebagaimana dikisahkan, emosi Riley didominasi oleh JOY, yang juga berlaku sebagai 'pemimpin' dari emosi lainnya. Dan dua sisi ekstrim ditampilkan dimana JOY berhadapan dengan situasi Riley yang kehilangan banyak hal (teman, lingkungan, dan juga kehilangan masa kecil) yangmana mengarahkan Riley ke SADNESS.
Awalnya, sebagai seorang Scientist, Dr.Paul Ekman dan Dacher Keltner, yang bekerja sama dengan Disney-Pixar untuk film animasi ini, mengusulkan menampilkan keseluruhan jangkauan emosi sesuai studi mereka. Tapi Disney menolak karena film ini hanya mampu menampilkan 5 sampai 6 karakter utama. Oleh sebab itu dipilih 5 emosi: JOY (bahagia), SADNESS (sedih), ANGER (marah), DISGUST (jijik), dan FEAR (takut).
Film ini mengangkat pertanyaan seperti: bagaimana emosi mengawal kesadaran seseorang, bagaimana emosi menghiasi memori masa lalu, dan bagaimana emosi di kehidupan seorang anak berusia 11 tahun.
Film ini berkisah mengenai kehidupan Riley, seorang anak dalam masa transisi usia dan lingkungan. Sebagaimana dikisahkan, emosi Riley didominasi oleh JOY, yang juga berlaku sebagai 'pemimpin' dari emosi lainnya. Dan dua sisi ekstrim ditampilkan dimana JOY berhadapan dengan situasi Riley yang kehilangan banyak hal (teman, lingkungan, dan juga kehilangan masa kecil) yangmana mengarahkan Riley ke SADNESS.
SADNESS Jadi Pahlawan!
Pahlawan sesungguhnya di film ini adalah SADNESS. Dan berbeda dari persepsi umum mengenai kesedihan, film ini mengungkap tidak saja mengenai munculnya SADNESS saat kehilangan, tapi juga apa yang kita peroleh dengan munculnya SADNESS. Dan sesuai dengan studi, SADNESS sebenarnya juga mengawali kebangkitan atau menstimulasi secara fisiologi untuk merespon terhadap kehilangan sesuatu.
SADNESS mengantarkan Riley (atau sebagaimana juga dalam kehidupan kita), melalui berbagai proses kehilangan, dan menyatukan berbagai bagian diri untuk bangkit kembali. SADNESS juga mengundang orang lain untuk masuk dan membantu.
Pahlawan sesungguhnya di film ini adalah SADNESS. Dan berbeda dari persepsi umum mengenai kesedihan, film ini mengungkap tidak saja mengenai munculnya SADNESS saat kehilangan, tapi juga apa yang kita peroleh dengan munculnya SADNESS. Dan sesuai dengan studi, SADNESS sebenarnya juga mengawali kebangkitan atau menstimulasi secara fisiologi untuk merespon terhadap kehilangan sesuatu.
SADNESS mengantarkan Riley (atau sebagaimana juga dalam kehidupan kita), melalui berbagai proses kehilangan, dan menyatukan berbagai bagian diri untuk bangkit kembali. SADNESS juga mengundang orang lain untuk masuk dan membantu.
Emosi Sangat Berguna
Dan berbeda dari pendapat umum mengenai emosi, film ini mengajarkan bahwa emosi sama sekali bukan pengganggu atau penghalang rasionalitas seseorang. Sesuai studi, emosi mengarahkan perilaku ke hal-hal yang bisa membantu, menyelamatkan, bahkan memotivasi seseorang untuk melakukan sesuatu.
ANGER (marah), misalnya, menurut studi, salah satu pemicunya adalah respon terhadap ketidakadilan. Dan ANGER muncul agar kita bisa bertindak membalikkan keadilan.
Film 'INSIDE OUT' menawarkan cara melihat dan wawasan yang berbeda mengenai emosi dan fungsinya dalam mengawal, mewarnai, serta mengatur tindakan seseorang. Film ini menawarkan pembelajaran yang unik, tidak saja untuk anak-anak, tapi juga orang dewasa. Dan bonusnya, untuk para orangtua, bagaimana menghadapi pergolakan emosi dalam anak-anak dan remaja.
Anda pun bisa mempelajari bagaimana emosi bisa disadari dan dikelola secara bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari, di pekerjaan, kehidupan pribadi, juga di masyarakat. Klik di sini untuk informasi lebih lanjut tentang bagaimana emosi membantu Anda menjadi orang yang yang sukses dan bahagia.
(Sebagian dari tulisan ini dikutip dari tulisan Dr.Paul Ekman dan Dacher Keltner, sebagaimana dimuat di New York Post)
Dan berbeda dari pendapat umum mengenai emosi, film ini mengajarkan bahwa emosi sama sekali bukan pengganggu atau penghalang rasionalitas seseorang. Sesuai studi, emosi mengarahkan perilaku ke hal-hal yang bisa membantu, menyelamatkan, bahkan memotivasi seseorang untuk melakukan sesuatu.
ANGER (marah), misalnya, menurut studi, salah satu pemicunya adalah respon terhadap ketidakadilan. Dan ANGER muncul agar kita bisa bertindak membalikkan keadilan.
Film 'INSIDE OUT' menawarkan cara melihat dan wawasan yang berbeda mengenai emosi dan fungsinya dalam mengawal, mewarnai, serta mengatur tindakan seseorang. Film ini menawarkan pembelajaran yang unik, tidak saja untuk anak-anak, tapi juga orang dewasa. Dan bonusnya, untuk para orangtua, bagaimana menghadapi pergolakan emosi dalam anak-anak dan remaja.
Anda pun bisa mempelajari bagaimana emosi bisa disadari dan dikelola secara bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari, di pekerjaan, kehidupan pribadi, juga di masyarakat. Klik di sini untuk informasi lebih lanjut tentang bagaimana emosi membantu Anda menjadi orang yang yang sukses dan bahagia.
(Sebagian dari tulisan ini dikutip dari tulisan Dr.Paul Ekman dan Dacher Keltner, sebagaimana dimuat di New York Post)