BERANI TERTAWAKAN DIRI SENDIRI
Oleh: Hingdranata Nikolay
Ada tantangan tersendiri bagi manusia dalam berpikir kritis mengenai berbagai hal di sekitarnya. Soalnya lalu lintas listrik dan kimia di otak manusia memungkinkan emosi untuk membajak rasio.
Ini bukan hal yang buruk, karena tujuan sebenarnya adalah untuk survival manusia itu sendiri. Tapi, bisa jadi buruk kalau kita tidak bisa bedakan lagi yangmana situasi di mana sebenarnya pembajakan ini justru kontra produktif.
Hal ini perlu disadari, karena bagi beberapa orang, setiap situasi seolah masalah hidup dan mati, dan karena itu mereka bersikap terlalu emosional. Selain melumpuhkan diri sendiri dalam hal produktifitas kerja, bagi orang di sekitar, respon emosional seperti ini bisa sangat tidak mendukung hubungan yang sehat.
Struktur otak manusia memang memungkinkan emosi untuk merespon jauh lebih cepat dari rasio. Jadi saya merasa begini atau begitu, baru kemudian berpikir mengenai perasaan itu. Nah, setelah merasa, ujungnya sekarang ada dua jalur:
Ada tantangan tersendiri bagi manusia dalam berpikir kritis mengenai berbagai hal di sekitarnya. Soalnya lalu lintas listrik dan kimia di otak manusia memungkinkan emosi untuk membajak rasio.
Ini bukan hal yang buruk, karena tujuan sebenarnya adalah untuk survival manusia itu sendiri. Tapi, bisa jadi buruk kalau kita tidak bisa bedakan lagi yangmana situasi di mana sebenarnya pembajakan ini justru kontra produktif.
Hal ini perlu disadari, karena bagi beberapa orang, setiap situasi seolah masalah hidup dan mati, dan karena itu mereka bersikap terlalu emosional. Selain melumpuhkan diri sendiri dalam hal produktifitas kerja, bagi orang di sekitar, respon emosional seperti ini bisa sangat tidak mendukung hubungan yang sehat.
Struktur otak manusia memang memungkinkan emosi untuk merespon jauh lebih cepat dari rasio. Jadi saya merasa begini atau begitu, baru kemudian berpikir mengenai perasaan itu. Nah, setelah merasa, ujungnya sekarang ada dua jalur:
- Yang pertama, setelah merasa demikian, saya kemudian mencari-cari pembenaran perasaan saya. Saya kemudian terjebak dalam lingkaran mencari pembenaran terus terhadap perasaan saya, walau hasilnya sudah menunjukkan bahwa perasaan saya itu kontra produktif untuk saya dan hubungan saya dengan orang lain.
- Yang kedua, setelah merasa demikian, saya kemudian berpikir kritis untuk menguji apakah perasaan saya itu tepat - di saat yang tepat, apakah pas dengan situasinya, atau apakah saya ekspresikan dengan cara yang tepat. Terutama, karena ternyata perasaan saya tersebut dan respon pembenaran saya tersebut, membuat saya tidak produktif dan hubungan saya dengan orang lain terganggu.