BERLATIH KENDALIKAN EFEK AMARAH
Oleh: Hingdranata Nikolay
Salah satu emosi yang seringkali jadi momok karena perpanjangannya yang merugikan diri sendiri dan orang lain adalah marah. Walaupun marah adalah sebuah emosi yang juga bermanfaat, ketidaksadaran pengaruhnya bisa sangat merugikan.
Tiga tahap untuk berlatih diri mengendalikan efek merugikan dari marah adalah sebagai berikut.
1. Kenali saat marah muncul
Ini bisa dikenali melalui pemicu sehari-hari, misalnya dengan mencari kesamaan pemicu kasus-kasus dimana kita kehilangan kendali karena marah. Ingat kembali 5-10 kasus di mana kita marah dan sesali.
Lalu kenali pula respon di fisik kita, seperti jantung mulai berdetak lebih cepat, badan memanas, atensi mulai fokus ke sasaran, dan lain-lain. Tahap ini penting, karena mengenali dari awal bisa membantu kita mencegah ledakannya.
2. Kenali skenario marah
Dalam banyak kasus, kita marah tidak pada tempatnya, atau marah hanya karena mengantisipasi sebuah kejadian, yang sebetulnya tidak terjadi seperti yang kita bayangkan. Ini karena ada skenario yang kita mainkan di kepala kita, dan kita memainkan skenario ini segera setelah pemicu muncul. Kita seolah bersikap bahwa semua kejadian akan berujung sama. Tahap kedua adalah kenali skenario dari awal pemicu muncul, apa saja cerita yang kita desain atau rancang untuk memunculkan marah.
3. Hadapi dan Interupsi
Begitu menyadari sinyal marah, interupsi dengan hentikan skenario. Ingat bahwa emosi dasar marah itu sendiri tidak bisa kita cegah. Kita hanya bisa cegah marah meledak. Interupsi skenario dengan menciptakan skenario lainnya, dengan ujung cerita berbeda. Cara lain adalah dengan meninggalkan atau menjauhi pemicunya sementara.
Salah satu cara yang juga efektif adalah dengan konsep Richard Davidson, yakni bahwa otot manusia (fisik) bisa menekan emosi. Jadi gunakan fisik, seperti ekspresi wajah, gerakan badan atau postur, yang memunculkan emosi berbeda. Misalnya memaksa senyum, mencoba ekspresi terkejut, dan lain-lain.
Tidak di setiap situasi manusia secara sempurna bisa kendalikan efek dari marahnya. Tapi kita bisa selalu berlatih dan berlatih, sehingga efek positifnya lebih banyak dibanding dengan yang tidak berguna.
Salah satu emosi yang seringkali jadi momok karena perpanjangannya yang merugikan diri sendiri dan orang lain adalah marah. Walaupun marah adalah sebuah emosi yang juga bermanfaat, ketidaksadaran pengaruhnya bisa sangat merugikan.
Tiga tahap untuk berlatih diri mengendalikan efek merugikan dari marah adalah sebagai berikut.
1. Kenali saat marah muncul
Ini bisa dikenali melalui pemicu sehari-hari, misalnya dengan mencari kesamaan pemicu kasus-kasus dimana kita kehilangan kendali karena marah. Ingat kembali 5-10 kasus di mana kita marah dan sesali.
Lalu kenali pula respon di fisik kita, seperti jantung mulai berdetak lebih cepat, badan memanas, atensi mulai fokus ke sasaran, dan lain-lain. Tahap ini penting, karena mengenali dari awal bisa membantu kita mencegah ledakannya.
2. Kenali skenario marah
Dalam banyak kasus, kita marah tidak pada tempatnya, atau marah hanya karena mengantisipasi sebuah kejadian, yang sebetulnya tidak terjadi seperti yang kita bayangkan. Ini karena ada skenario yang kita mainkan di kepala kita, dan kita memainkan skenario ini segera setelah pemicu muncul. Kita seolah bersikap bahwa semua kejadian akan berujung sama. Tahap kedua adalah kenali skenario dari awal pemicu muncul, apa saja cerita yang kita desain atau rancang untuk memunculkan marah.
3. Hadapi dan Interupsi
Begitu menyadari sinyal marah, interupsi dengan hentikan skenario. Ingat bahwa emosi dasar marah itu sendiri tidak bisa kita cegah. Kita hanya bisa cegah marah meledak. Interupsi skenario dengan menciptakan skenario lainnya, dengan ujung cerita berbeda. Cara lain adalah dengan meninggalkan atau menjauhi pemicunya sementara.
Salah satu cara yang juga efektif adalah dengan konsep Richard Davidson, yakni bahwa otot manusia (fisik) bisa menekan emosi. Jadi gunakan fisik, seperti ekspresi wajah, gerakan badan atau postur, yang memunculkan emosi berbeda. Misalnya memaksa senyum, mencoba ekspresi terkejut, dan lain-lain.
Tidak di setiap situasi manusia secara sempurna bisa kendalikan efek dari marahnya. Tapi kita bisa selalu berlatih dan berlatih, sehingga efek positifnya lebih banyak dibanding dengan yang tidak berguna.