MENGGUNAKAN 'EYE ACCESSING CUE' untuk menganalisa kejujuran

Oleh: Hingdranata Nikolay
Eye Accessing Cue sudah dikenal pembelajar di dunia Neuro-Linguistic Programming (NLP). Dan tidak jarang para Trainer NLP mengajarkan bagaimana menggunakan ini untuk mendeteksi kebohongan. Seberapa efektifkah?
Walau tidak pernah ada studi akurasi atau kehandalan teknik tersebut dalam pendeteksian kebohongan, pola gerak mata ini kadang tetap bisa dipakai sebagai salah satu alat observasi. Visual cortex, mengarahkan mata bergerak ke atas saat kita mengakses visual atau gambar di pikiran kita, tetap bisa jadi alat bantu observasi, misalnya.
Tapi apakah dengan gerakan ke kanan saat akses imajinasi atau ke kiri saat akses memori, kita bisa mengatakan seseorang berbohong atau tidak, hipotesanya terlalu dangkal. Butuh data dan informasi tambahan untuk bisa membuat sebuah hipotesa demikian.
Kesimpulan datar sebuah kebohongan, misalnya, adalah saat kita bertanya mengenai apa yang harusnya sebuah memori, orang tersebut melihat ke kanan. Misalnya, Anda katakan 'Darimana kamu?', dan orang tesebut mengarahkan matanya ke kanan atas, apakah berarti ia 'merekaya jawaban' atau ia 'merekayasa cara menjawab' atau ia 'membayangkan apa yang terjadi kalau ia jujur atau bohong', atau kemungkinan lain?
Oleh sebab itu, menyimpulkan seseorang jujur atau bohong, hanya dengan menggunakan 'eye accessing cue', terlalu dangkal dan butuh data atau informasi tambahan. Apakah seseorang dengan kepekaan luar biasa dari pengalaman bisa melakukannya? Mungkin saja. Tapi secara tools, pola gerak mata tidak bisa secara independen jadi standar evaluasi kejujuran seseorang.
Paul Ekman International (PEI) mengkonsepkan 5 kanal utama, sesuai studi sains oleh Dr. Paul Ekman. Kelima kanal tersebut adalah:
Eye Accessing Cue sudah dikenal pembelajar di dunia Neuro-Linguistic Programming (NLP). Dan tidak jarang para Trainer NLP mengajarkan bagaimana menggunakan ini untuk mendeteksi kebohongan. Seberapa efektifkah?
Walau tidak pernah ada studi akurasi atau kehandalan teknik tersebut dalam pendeteksian kebohongan, pola gerak mata ini kadang tetap bisa dipakai sebagai salah satu alat observasi. Visual cortex, mengarahkan mata bergerak ke atas saat kita mengakses visual atau gambar di pikiran kita, tetap bisa jadi alat bantu observasi, misalnya.
Tapi apakah dengan gerakan ke kanan saat akses imajinasi atau ke kiri saat akses memori, kita bisa mengatakan seseorang berbohong atau tidak, hipotesanya terlalu dangkal. Butuh data dan informasi tambahan untuk bisa membuat sebuah hipotesa demikian.
Kesimpulan datar sebuah kebohongan, misalnya, adalah saat kita bertanya mengenai apa yang harusnya sebuah memori, orang tersebut melihat ke kanan. Misalnya, Anda katakan 'Darimana kamu?', dan orang tesebut mengarahkan matanya ke kanan atas, apakah berarti ia 'merekaya jawaban' atau ia 'merekayasa cara menjawab' atau ia 'membayangkan apa yang terjadi kalau ia jujur atau bohong', atau kemungkinan lain?
Oleh sebab itu, menyimpulkan seseorang jujur atau bohong, hanya dengan menggunakan 'eye accessing cue', terlalu dangkal dan butuh data atau informasi tambahan. Apakah seseorang dengan kepekaan luar biasa dari pengalaman bisa melakukannya? Mungkin saja. Tapi secara tools, pola gerak mata tidak bisa secara independen jadi standar evaluasi kejujuran seseorang.
Paul Ekman International (PEI) mengkonsepkan 5 kanal utama, sesuai studi sains oleh Dr. Paul Ekman. Kelima kanal tersebut adalah:
- Mikro ekspresi
- Verbal Content
- Verbal Style
- Body Language
- Voice