MENYADARI EMOSI SEBELUM ATAU BERTINDAK

Oleh: Hingdranata Nikolay
Situasi perasaan yang panjang, seperti mengamuk, ngambek, galau, bete, frustrasi, sampai bentuk depresi berkepanjangan, bukan sama sekali tanda bahwa emosi itu buruk. Itu hanya tanda kekurangmampuan seseorang menyadari emosi dan mengendalikan pilihannya untuk menyikapi emosi.
Menurut Dr.Paul Ekman, ini adalah sebuah skil yang sulit (walau bisa) untuk dikuasai. Emosi timbul sangat cepat, dan di luar batas kesadaran. Karena itu mempelajari berbagai indikasi sebuah emosi muncul di awal, bisa membantu kita menentukan respon segera setelah emosi itu muncul.
Pertama kali mempelajari emosi secara lebih dalam, sekitar 15 tahun silam melalui mendalami Neuro-Linguistic Programming (NLP), saya paham bagaimana pikiran kita menyediakan berbagai pilihan self-talk, visual, serta fisiologi, untuk memanipulasi emosi lanjutan. Dan Dr. Paul Ekman melalui berbagai studinya, memperoleh data yang mendukung konsep ini.
Yang saya temukan adalah bahwa untuk masuk ke dalam apa yang disebut Dr. Paul Ekman sebagai 'Refractory Period' atau situasi di mana kita seperti terjebak dalam emosi dan tidak bisa berpikir atau bertindak dengan cerdas, seseorang perlu men-supply atau mengisi pikiran dan badan kita dengan berbagai 'dukungan'. Jadi sebenarnya antara titik waktu di mana emosi timbul dan respon melalui kata-kata atau tindakan, ada 'kekosongan' yang memungkinkan pilihan untuk mengisinya dengan berbagai pemikiran atau sikap.
Sikap kita melalui kata-kata atau tindakan, sangat tergantung dari bagaimana kita mengisi 'kekosongan' tersebut. Kalau kita melakukan self-talk yang mendukung emosi takut, dengan kata-kata yang mendukung rasa takut, atau tambah menakut-nakuti diri, respon kita adalah rasa takut yang lebih tinggi dan panjang, seperti panik, trauma, dan sejenisnya. Kalau kita membayangkan hal-hal terbaik, segera setelah timbul emosi marah, misalnya, marah kita bisa mereda dan tidak harus memuncak ke ledakan amarah.
Untuk bisa menyadari berbagai tanda-tanda emosi tersebut, bisa melalui mengenai emosi-emosi dasar manusia. Dr. Paul Ekman menentukan 7 emosi dasar manusia melalui studinya mengenai emosi, yakni bahagia, sedih, marah, takut, terkejut, jijik, dan meremehkan. Ke-7 emosi dasar ini dapat Anda pelajari melalui program seminar "Emotional Skills and Competence" (ESaC).
Situasi perasaan yang panjang, seperti mengamuk, ngambek, galau, bete, frustrasi, sampai bentuk depresi berkepanjangan, bukan sama sekali tanda bahwa emosi itu buruk. Itu hanya tanda kekurangmampuan seseorang menyadari emosi dan mengendalikan pilihannya untuk menyikapi emosi.
Menurut Dr.Paul Ekman, ini adalah sebuah skil yang sulit (walau bisa) untuk dikuasai. Emosi timbul sangat cepat, dan di luar batas kesadaran. Karena itu mempelajari berbagai indikasi sebuah emosi muncul di awal, bisa membantu kita menentukan respon segera setelah emosi itu muncul.
Pertama kali mempelajari emosi secara lebih dalam, sekitar 15 tahun silam melalui mendalami Neuro-Linguistic Programming (NLP), saya paham bagaimana pikiran kita menyediakan berbagai pilihan self-talk, visual, serta fisiologi, untuk memanipulasi emosi lanjutan. Dan Dr. Paul Ekman melalui berbagai studinya, memperoleh data yang mendukung konsep ini.
Yang saya temukan adalah bahwa untuk masuk ke dalam apa yang disebut Dr. Paul Ekman sebagai 'Refractory Period' atau situasi di mana kita seperti terjebak dalam emosi dan tidak bisa berpikir atau bertindak dengan cerdas, seseorang perlu men-supply atau mengisi pikiran dan badan kita dengan berbagai 'dukungan'. Jadi sebenarnya antara titik waktu di mana emosi timbul dan respon melalui kata-kata atau tindakan, ada 'kekosongan' yang memungkinkan pilihan untuk mengisinya dengan berbagai pemikiran atau sikap.
Sikap kita melalui kata-kata atau tindakan, sangat tergantung dari bagaimana kita mengisi 'kekosongan' tersebut. Kalau kita melakukan self-talk yang mendukung emosi takut, dengan kata-kata yang mendukung rasa takut, atau tambah menakut-nakuti diri, respon kita adalah rasa takut yang lebih tinggi dan panjang, seperti panik, trauma, dan sejenisnya. Kalau kita membayangkan hal-hal terbaik, segera setelah timbul emosi marah, misalnya, marah kita bisa mereda dan tidak harus memuncak ke ledakan amarah.
Untuk bisa menyadari berbagai tanda-tanda emosi tersebut, bisa melalui mengenai emosi-emosi dasar manusia. Dr. Paul Ekman menentukan 7 emosi dasar manusia melalui studinya mengenai emosi, yakni bahagia, sedih, marah, takut, terkejut, jijik, dan meremehkan. Ke-7 emosi dasar ini dapat Anda pelajari melalui program seminar "Emotional Skills and Competence" (ESaC).